Kelu

embun-3

Ada banyak berita dan kisah, tak satu pun bis a menggerakkan jemariku untuk menyusuri tiap jengkal papan ketik. Aku seperti kelu. Menghadapi desiran kata, suara dan gambar lidahku terasa kelu. tak mampu menyusun satu pun kata-kata.

Karena itu, aku ingin memulainya dengan menceritakan bahwa aku sedang kelu. lidahku kaku. Tak lagi mampu berkata-kata.

Aku tidak pernah membayangkan aku pernah kelu. bahkan seringkali tidak percaya dengan orang yang mengatakan tak mampu lagi memproduksi kata-kata. Saat orang mengatakan itu, aku merasa ada jejalan kisah dan cerita yang mengantri menunnggu diberik kata dan suara.

Memang, sudah banyak kisah kutulis, berita kukabarakan, tetapi rasanya belum ada yang kuambl dari ceruk di dalam hatiku.

Tidak ada kisah yang bisa aku paparkan dan kemudian bisa kutunjuk bahwa cerita itu mengendap lama dalam lekuk sanubari dan telah menunggu untuk diberika wujud dengan kata-kata.

Aku sedih berada dalam tanah padas ini. Memang lebih sering aku menganggapnya jeda. Tapi ketika kutunggu jeda ini bisa berlalu sendiri, aku jadi tidak sabar karena dia tetap ngendon. lampu itu tidak segera berubah jadi hijau. jengah aku berada di antaranya.

Kucoba taktik lama, dulu biasanya berhasil untuk memancing. Dengan memulai menceritakan bahwa lidahku sedang kelu. Rasanya menceritakan kekeluan bias membuat kebekuan sedikit demi sedikit melumer. Menjadi air yang menyegarkan.